Haji dan Sikap Positif


Jambi news - Jemaah haji Indonesia tahun 1.444 H/2023 adalah terbesar sepanjang sejarah dengan mengirimkan 229.000 jemaah setelah sebelumnya mendapat kuota tambahan 8.000, 30% (66.943) diantaranya adalah jamaah lansia.  

Pemerintah melalui Kementerian Agama terus berupaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji. Pada musim haji tahun 1444 H/2023 mengusung tagline “Haji Berkeadilan dan Ramah Lansia".

Penyelenggaraan jamaah haji tentu tidak lepas dari sejumlah persoalan teknis yang terkait dengan transportasi, akomodasi, sanitasi, dan lainnya. Menghadapi persoalan ini, Kemenag RI pada dasarnya sudah melakukan perencanaan dan mitigasi risiko. 

Namun, melayani ribuan jamaah dengan 30% lansia, ditambah kondisi medan yang cenderung tidak terprediksi tentunya wajar jika ditemukan kelemahan, dan Kementerian Agama RI yang dipimpin oleh Yaqut Cholil Qoumas secara tanggap telah melakukan sejumlah langkah perbaikan dan pencegahan (corrective dan preventive actions).

Ibadah haji sejatinya bukan sekadar mengunjungi tanah suci untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima, namun memiliki makna spiritual yang dalam.  

Ali Syariati, seorang cendekiawan Muslim dan filsuf Islam dari Iran, mengatakan bahwa haji dalam makna yang lebih filosofis dan mendalam merupakan kepulangan manusia kepada Allah SWT yang mutlak dan sebagai simbol untuk meninggalkan orientasi hidup materialistis. 

Menurutnya, haji adalah antitesis dari pola kehidupan yang tidak bertujuan dan mengarah pada kesadaran dan kesalehan manusia, serta menjadi sarana untuk membersihkan diri dan memulai kehidupan baru secara moral dan sosial yang suci.  

Beberapa rangkaian penting dalam perjalanan haji adalah di Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina), di mana jamaah haji akan melaksanakan serangkaian ritual yang sangat sakral, seperti Wukuf di Arafah, mengumpulkan batu di Mina, dan melontar Jumrah.  

Lokasi ini merupakan titik rawan munculnya persoalan transportasi, akomodasi, katering, air, sanitasi, dan konsumsi. Karena itu, di sini yang harus dikedepankan adalah sikap positif dengan memperbanyak istigfar, berdoa, berzikir, dan membaca Al-Quran, serta merenungi makna dari ibadah haji secara keseluruhan. 

Selain itu, sikap yang baik juga diwujudkan dengan menjaga kesehatan dan kebersihan diri dan lingkungan sekitar, serta bersabar dalam menghadapi kondisi yang mungkin tidak sesuai dengan harapan. 

Selain itu, menjalin silaturahmi dengan sesama jamaah haji dan memperbanyak amal kebajikan juga termasuk dalam sikap yang baik selama berada di Arafah. Ali Syariati menjelaskan bahwa wukuf di Arafah adalah momen puncak dalam ibadah haji, di mana manusia merenung secara mendalam tentang hakikat dan makna keberadaannya di hadapan Sang Pencipta. 

Dalam wukuf di Arafah, manusia berdiri di hadapan Allah SWT sebagai hamba-Nya yang rendah dan penuh dosa, sehingga harus menyadari keterbatasan dan kelemahan dirinya, serta merenungi pentingnya Taqwa dan meningkatkan kualitas moral dan spiritual sebagai wujud pengabdian pada Allah SWT. 

Oleh karena itu, wukuf di Arafah menurut Ali Syariati adalah momen untuk memperbaiki diri dan menyempurnakan hakikat penciptaan manusia dalam pandangan Islam.

Menghadapi berita negatif tentang layanan haji, umat Islam sebaiknya berusaha positif dalam melihat upaya-upaya yang telah dan sedang dilakukan oleh pihak-pihak terkait untuk memperbaiki layanan haji agar lebih baik dan aman. 

Selain itu, perlu juga untuk menghindari penyebaran berita yang belum terverifikasi atau hoax yang dapat menimbulkan keresahan dan kekhawatiran di masyarakat, serta tetap memantau informasi resmi dari pihak yang berwenang terkait layanan haji. 

Umat Islam juga dapat memperbanyak doa dan istigfar agar pelaksanaan haji dapat berlangsung dengan lancar dan selamat bagi seluruh jamaah haji.

Sebagai manusia yang beriman, kita perlu memahami bahwa semua yang terjadi merupakan takdir dan kehendak Allah SWT. Oleh karena itu, perlu untuk tetap bersabar dan tawakal serta menjadikan semua kejadian sebagai pengingat untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. 

Perlu juga untuk selalu memperhatikan dan menghargai keputusan dan nasehat yang diberikan oleh pihak-pihak terkait agar dapat memaksimalkan keselamatan dan kenyamanan selama pelaksanaan haji. 

Dengan sikap positif dan saling mendukung, diharapkan bahwa para jamaah haji dapat melaksanakan ibadah haji dengan khidmat dan meraih berkah yang seluas-luasnya.

Wallahu a’lam


Penulis : Jamaluddin (Dosen UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi)