Wisuda Angkatan X STIT YAPIMA Kabupaten Bungo , Dr D I Ansusa Putra Lc MA Hum Wakil Dekan I Fakultas Dakwah UIN Jambi Berikan Orasi Ilmiah


Dr. D.I. Ansusa Putra, Lc., M.A. Hum Wakil Dekan I Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin (STS) Jambi memberikan orasi ilmiah dalam acara Wisuda Sarjana Strata Satu (S.1) Angkatan X Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) YAPIMA Kabupaten Bungo Bertempat Ballroom Mitra Hotel Muara Bungo, pada Selasa 18 Juli 2023.

Berdasarkan surat Permohonan Kesediaan Orasi Ilmiah Nomor : 024 /13/HM.00/V/2023 pada Wisuda Sarjana Strata Satu (S.1) Angkatan X Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) YAPIMA Kabupaten Bungo memohon kepada Dr. D.I. Ansusa Putra, Lc., M.A. Hum Wakil Dekan I Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin (STS) Jambi untuk memberikan orasi ilmiah  yang berjudul Masa Depan Perguruan Tinggi di Era Digital : Antara Tantangan dan Peluang di acara tersebut.

Adapun orasi ilmiah tersebut sebagai berikut :

Masa Depan Perguruan Tinggi di Era Digital : Antara Tantangan dan Peluang

Oleh Dr. D.I. Ansusa Putra, Lc., MA.Hum

Selasa, 18 Juli 2023

Melalui mimbar ini, Saya ingin menyampaikan sebuah orasi ilmiah berjudul: 

MASA DEPAN PERGURUAN TINGGI DI ERA DISRUPSI: ANTARA TANTANGAN DAN PELUANG”.

Bapak, Ibu, Wisudawan/wati serta Tamu undangan yang Berbahagia

Berbicara tentang perguruan tinggi, tentu saja mengikutsertakan seluruh komponen, seluruh aspek, dan seluruh sumber daya yang ada di dalamnya. Perguruan Tinggi Keagmaan Islam merupakan salah satu bagian dari Perguruan Tinggi baik di level nasional maupun level internasional. Saat ini, seluruh perguruan tinggi secara global sedang menghadapi tantangan yang dapat mereduksi peran yang telah dilakoninya selama ratusan tahun. Orator meyakini, apabila perguruan tinggi tidak mampu beradaptasi dan mereformulasi dirinya maka bukan tidak mungkin perguruan tinggi hanya akan menjadi menara gading yang minus kontribusi dalam perkembangan peradaban manusia ke depan.

Perkembangan teknologi saat ini mengarah kepada kecanggihan kecerdasan buatan atau Artificial Intelegent (AI) yang dapat mereduksi ranah pengabdian konvensional dan tradisional para insan Perguruan Tinggi. Maka oleh sebab itu, civitas akademika harus mulai mengantasipasi dampak perkembangan dunia terhadap perguruan tinggi selama 15—20 tahun ke depan.

Namun, itu bukan berarti bermakna bahwa eksistensi perguruan tinggi saat ini tanpa ada peluang sama sekali. Dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan tersebut, dunia perguruan tinggi di masa depan perlu mengeksplor potensi dan menatanya agar tetap mampu menjalankan peran Tridharmanya, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian yang diseminasi untuk menjadi khazanah ilmu bagi masyarakat dan membantu masyarakat memanfaatkan karya pengembangannya.

Bapak, Ibu, Wisudawan/wati serta Tamu undangan yang Berbahagia

Terdapat 3 peluang yang dapat dipertimbangkan oleh perguruan tinggi dalam menyongsong dampak era disrupsi:

Pertama, teknologi sebagai sarana untuk kemajuan perguruan tinggi. Mengantisipasi perkembangan dunia perguruan tinggi selama 15-30 tahun ke depan, perlu dicermati apa yang akan terjadi di masyarakat dalam rentang waktu tersebut. Walau dunia perguruan tinggi memiliki berbagai peran dalam suatu masyarakat modern, peran terpenting dari perguruan tinggi adalah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran. Perguruan tinggi harus mampu membawa masyarakat menguasai kehidupan masa depan dan menyesuaikan diri dengan bermacam perubahan yang dapat terjadi pada tatanan sosial masyarakat, antara lain yang menyangkut tentang literasi teknologi.

Literasi teknologi berarti kemampuan dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi beserta perangkat dan peralatan teknologi untuk mengakses, mengatur, mengintegrasikan, mengevaluasi, dan menciptakan kemudahan yang bermanfaat dalam suatu kumpulan social (masyarakat). Pengaplikasian teknologi ke dalam pendidikan dan pembelajaran merupakan salah satu bentuk inovasi. Inovasi dilakukan dengan tujuan untuk mengimbangi dan mengikuti perkembangan zaman. Pertimbangan lain yang melatarbelakanginya adalah faktor peserta didik yang telah jauh berbeda karakteristiknya jika dibandingkan dengan sebelumnya. Generasi milenial dan generasi Z merupakan pribadi unik dan berbeda yang harus ditangani secara unik pula dalam proses pendidikannya. Dewasa ini, mahasiswa tidak lagi tertarik dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Mereka lebih tertarik dengan sesuatu hal yang baru dengan berorientasi pada proses penemuan dari mereka sendiri. Proses tersebut lebih dikenal dengan pendekatan pembelajaran berbasis student centered learning.

Berdasarkan rekomendasi dari World Economic Forum tahun 2015, ada beberapa keterampilan abad ke-21 yang harus dimiliki oleh masyarakat dunia. Beberapa skills tersebut adalah literasi dasar, kompetensi, dan karakter. Bagi mahasiswa dan pendidik, literasi dasar merupakan elemen penting yang harus dikuasai sebagai modal dalam kehidupannya. Literasi dasar tersebut meliputi literasi baca tulis, literasi numerik, literasi saintifik, literasi digital (ICT), literasi finansial, dan literasi budaya dan kewarganegaraan.

Oleh sebab itu, Literasi teknologi harus muncul dalam kurikulum berbasis capaian pembelajaran (CPL) untuk memastikan kecakapan mahasiswa terhadap setiap level kurikulum. Mulai dari kecakapan untuk mendefinisikan, kecakapan untuk mengakses teknologi, kecakapan untuk mengelola teknologi, kecakapan untuk mengintegrasikan teknologi, dan kecakapan untuk mengevaluasi teknologi. Pada level berikutnya bahkan perguruan tinggi dituntut untuk mendidik mahasiswa untuk memiliki kecakapan untuk menciptakan teknologi baru.

Di dunia yang semakin terhubung ini, Mahasiswa harus terbuka pada segala perubahan. Perkembangan teknologi dan sistem informasi yang semakin maju harus bisa diikuti dengan kemampuan beradaptasi mahasiswa terhadap perkembangan ini. Bukan hanya itu, inovasi juga terus berkembang di segala aspek kehidupan, baik yang bersifat sosial-ekonomi maupun kultural. Globalisasi dan kemajuan teknologi adalah agen yang memungkinkan semua itu terjadi. Sumber ilmu yang dapat diperoleh dari mana saja mengharuskan mahasiswa memiliki kemampuan mengakses, menggunakan, dan memanfaatkannya.

Bapak, Ibu, Wisudawan/wati serta Tamu undangan yang Berbahagia

Kedua, skill civitas academika yang berorientasi pada entrepreneurship.

Kualitas lulusan perguruan tinggi saat ini harus berdaya dan responsif serta memiliki jiwa entrepreneur. Tentu ini menjadi peluang menarik bagi perguruan tinggi untuk menjawabnya, penguatan indikator perguruan tinggi pada kualitas dan bukan hanya kuantitas. Saat ini dalam pengembangannya, PT dalam penguatan tujuannya harus didasarkan untuk meningkatkan kualitas dan menjawab kebutuhan dunia kerja dan industri kekinian.

Menjadi tuntutan Perguruan tinggi untuk memberi penekanan pada pengembangan keterampilan peserta didiknya, merancang program-program yang dibutuhkan peserta didik di masa depan, serta kemitraan dengan dunia industri, serta harus menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk mendapatkan keterampilan yang siap pakai untuk memenuhi kebutuhan industri yang terus meningkat.

Mengutip A.Yusrin (2019), Lembaga The Montreal AI Ethics Institute merilis hasil survey mereka yang dapat dijadikan acuan perguruan tinggi kita dalam berinovasi untuk menghasilkan lulusan yang kompeten di era industri 4.0. The Montreal AI Ethics Institute melakukan Survei terhadap 400 orang tentang topik "Peluang Kerja Masa Depan". Survei ini berangkat dari hasil laporan "Future of Jobs " dari World Economic Forum ( WEF) yang memperkirakan 75 juta pekerjaan di seluruh dunia akan diambil alih oleh otomasi pada tahun 2022.

Meskipun demikian, di saat yang sama 133 juta pekerjaan baru juga akan muncul ke ekonomi global, tetapi dalam banyak kasus, para orang akan kehilangan pekerjaan kerena tidak memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk mengisi posisi baru tersebut. Oleh karena itu, The Montreal AI Ethics Institute memberikan 4 rekomendasi untuk mendesain ulang pendidikan tinggi untuk bisa menghasilkan lulusan yang siap kerja menghadapi revolusi industri 4.0.

Belajar dari pengalaman negara maju, pengusaha merupakan pemangku kepentingan yang makin harus didengar dan diperhatikan kebutuhannya sejauh terkait dengan keluaran lembaga pendidikan tinggi. Pengusaha mencari tenaga yang memiliki keterampilan (skill) sehingga tidak lagi harus menanggung beban biaya pelatihan tenaga baru. Dapat diingatkan kembali bahwa sebagian besar mahasiswa mengikuti pendidikan di perguruan tinggi untuk memperoleh pekerjaan yang memberinya imbalan setinggi mungkin. Oleh karena itu, pendidikan yang dicari calon mahasiswa dapat diperkirakan erat kaitannya dengan jenis pekerjaan yang diharapkannya.

Sebagai perekonomian yang diusahakan untuk semakin terintegrasi dengan perekonomian dunia, yang tidak hanya telah meninggalkan dominasi sektor pertanian (tradisional miskin ilmu pengetahuan) melewati sektor industri dan makin mendalami sector jasa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, perekonomian Indonesia harus senantiasa mengarah ke modernisasi secara berkelanjutan agar pelaku ekonomi kita dapat bersaing dengan pendatang dari luar. Untuk itu, kita harus terus mengusahakan penyesuaian pada perekonomian padat pengetahuan yang menghasilkan teknologi, di mana perkembangan teknologi dilaksanakan dalam industri, dan dalam bisnis.

Oleh karena itu, pengusaha di masa depan akan makin menentukan kemampuan dan kompetensi yang diharapkan dari pekerjanya.  Pergeseran yang telah terjadi dalam perekonomian negara maju dan harus menjadi pertanda arah perubahan masa depan adalah kegiatan yang sebelumnya dilakukan perusahaan, yaitu magang (on the job training). Perusahaan akan berusaha mengurangi biaya pelatihan dengan menggesernya ke lembaga pendidikan tinggi. Permintaan demikian oleh pengusaha mungkin sekali dalam waktu yang tidak terlalu lama juga akan terjadi di Indonesia, mengingat sebagian besar industri yang ada merupakan MNC (multi-national companies) milik asing dari negara tempat gejala tersebut telah makin meluas.

Dalam konteks perkembangan teknologi yang makin pesat ke depan, jenis pekerjaan yang terbuka dapat diperkirakan akan menjadi makin padat pengetahuan iptek. Jika tidak mengadapi perubahan tersebut, Indonesia tidak akan memperoleh kesempatan kerja demikian. Sebagaimana yang terjadi sekarang, rakyat negara maju menghendaki agar jenis pekerjaan itu kembali ke negara kaya, seperti yang dikampanyekan calon presiden Amerika Serikat 2016, dan bahkan sebagai presiden sejak 2017 ini.

Bapak, Ibu, Wisudawan/wati serta Tamu undangan yang Berbahagia

Ketiga, bonus demografi (276)

Ketika membicarakan mengenai masalah atau isu terkait dengan kependudukan, sepertinya memang tak ada habisnya. Sama halnya dengan negara Indonesia, sudah tidak asing bahwasanya Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah penduduk terpadat di peringkat empat dengan jumlah total populasi 270 juta penduduk, sama artinya dengan 3,51% dari jumlah populasi penduduk di dunia.

Besarnya angka tersebut menyebabkan Indonesia pada 2020-2040 diprediksi mengalami fenomena perubahan demografi berupa bonus demografi. Bonus demografi ialah suatu fenomena di mana struktur/komposisi jumlah penduduk sangat menguntungkan karena jumlah penduduk produktif (15-64 tahun) mencapai 70% melebihi jumlah penduduk non-produktif sebesar 30% (<14 tahun dan >65 tahun).

Adanya bonus demografi dapat menjadi sebuah peluang apabila diolah dengan strategi yang baik, benar, dan tepat sasaran atau bahkan bisa menjadi ancaman, baik dari aspek sumber daya manusia (SDM), pendidikan, ketenagakerjaan, maupun beberapa aspek lainnya apabila tak dipersiapkan dengan matang bagi kependudukan Indonesia atau tergantung bagaimana negara dapat mengelola tidaknya jumlah penduduk yang mereka miliki. Pemerintah harus memanfaatkan bonus demografi, terlebih pada dunia pendidikan.

Dunia pendidikan menjadi gerbang utama untuk meraih bonus demografi. Untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan terampil, perlu adanya kerja sama dari semua elemen masyarakat dan lembaga terkait. Adanya dunia pendidikan yang mampu mencetak lulusan berkualitas pada lembaga atau institusi pendidikan dapat menciptakan generasi muda yang produktif dan terampil.

Dengan bertumbuhnya lulusan yang berkualitas mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang dianggap mampu menghadapi fenomena bonus demografi. Namun bukan hanya itu, generasi muda harus mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang berguna untuk menggurangi angka pengangguran.

Salah satu cara dan upaya pemerintah untuk menghadapi bonus demografi selain melalui pelatihan ataupun pembelajaran di sekolah, oleh sebab itu, projek MBKM (merdeka belajar kampus merdeka) menjadi solusi pemerintah untuk mengelola bonus domografi ini. Melalui kurikulum MBKM diharapkan mahasiswa mendapatkan pengalaman dan skill yang dibutuhkan di masyarakat sehingga dapat berpartisipasi setelah lulus, atau bahkan menciptakan peluang kerja baru berdasarkan pengalaman yang telah didapatnya selama perkuliahan.

Demikianlah orasi ilmiah ini disampaikan agar menjadi perhatian bagi stakeholder. Baik pemerintah, peguruan tinggi itu sendiri maupun masyarakat. perlu dipahami bahwa meskipun teknologi telah menghilangkan pekerjaan-pekerjaan manual dan digantikan dengan otomatisasi, namun manusia dengan segala kreatifitasnya akan menghasilkan jenis pekerjaan baru yang berbeda dari bentuk-bentuk konvensional. Itu dikarenakan manusia adalah makhluk istimewa yang diciptakan Tuhan dengan segala potensi dan jiwa kreatifnya. Yang diperlukan adalah komitmen untuk beradaptasi dan berinovasi untuk maju. Maka tak salah Allah SWT mengatakan “Inna ma’al Ushri Yusra, wa inna ma’al ushri Yusro”.

Bapak, Ibu, Wisudawan/wati serta Tamu undangan yang Berbahagia

Sebelum mengakhiri orasi ini, izinkanlah saya menyampaikan pesan kepada para Wisudawan/wati, sebuah ungkapan tentang filosofi kehidupan.

Kehidupan itu seperti roda:

BERFIKIRLAH DI WAKTU PAGI

BEKERJALAH DI WAKTU SIANG

MAKANLAH DI WAKTU SORE

TIDURLAH DI WAKTU MALAM

Maksudnya, berpikir diwaktu pagi adalah belajarlah ketika masih muda, ambil pengalaman sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan kemampuan diri. Selanjutnya bekerja diwaktu siang, berarti setelah proses belajar maka berkaryalah dengan karya dan kerja yang positif. Kemudian makanlah di waktu sore, maksudnya adalah nikmatilah hasil kerja dan karya yang telah dilakukan di waktu siang. Istirahatlah diwaktu malam, artinya setelah semuanya kita lewati  dalam hidup ini, maka yang terakhir adalah kita hanya akan meninggalkan semua materi yang kita cari dan kita hanya akan meninggalkan kesan dan nama harum dari amal yang kita perbuat dimasa hidup.