Isu Kesehatan Wanita : Depresi dan Kecemasan


Oleh :
dr. Silvia Handayani 

Salah satu isu kesehatan wanita secara global adalah terkait dengan Depresi dan Kecemasan. Fluktuasi hormonal alami dapat menyebabkan depresi atau kecemasan. [9] Sindrom pramenstruasi (PMS) umumnya terjadi pada wanita, sementara gangguan dysmorphic pramenstruasi (PMDD) menunjukkan gejala yang serupa, tetapi sangat intensif. 

Tak lama setelah lahir, banyak ibu mengalami bentuk depresi yang disebut "baby blues", tetapi depresi perinatal menyebabkan kekhawatiran yang serupa - tetapi jauh lebih kuat -, perubahan emosi, kesedihan, dan kelelahan. Perimenopause, pergeseran menuju menopause, juga dapat menyebabkan depresi. 

Tidak peduli seberapa intens gejalanya, penyedia perawatan dapat memberikan bantuan dengan resep atau perawatan terapeutik.

Depresi ditandai dengan memburuknya suasana hati, perasaan, stamina, selera makan, pola tidur, dan tingkat konsentrasi penderitanya yang setidaknya berlangsung berkelanjutan selama enam bulan atau lebih. 

Perubahan suasana hati yang disebabkan depresi sangat hebat sehingga menimbulkan rasa keputusasaan, nelangsa, dan ketidakberdayaan. Bahkan, depresi dapat memicu ketidakinginan untuk terus hidup.

Depresi adalah salah satu penyakit mental yang paling umum terjadi di masyarakat. Akan tetapi, risiko wanita mengalami depresi bisa dua kali lipat lebih tinggi ketimbang pria. 

Depresi pada wanita dapat terjadi lebih awal, lebih lama, dan lebih mungkin kambuh dibanding depresi pada pria.

Depresi pada wanita khususnya terjadi pada Masa kehamilan Masa kehamilan tidaklah mudah, karena selama proses tersebut akan terjadi perubahan hormon yang dapat memicu terjadinya perubahan mood atau depresi pada wanita. Perubahan hormon dan genetik semasa ini juga membuat wanita lebih rentan mengalami gangguan mood, seperti depresi. 

Bahkan setelah melahirkan, wanita juga rentan mengalami baby blues dan depresi postpartum yang dapat menyulitkan wanita untuk menjalani peran barunya sebagai ibu, termasuk dalam merawat bayinya.

Hal ini diperparah dengan minimnya peran suami, dalam memperhatikan gejala-gejala depresi pada ibu suami juga kurang mengambil peran dalam perawatan wanita ketika hamil maupun setelah melahirkan.

Sehingga tak jarang banyak ibu muda yang nekad membunuh anak balitanya atau bahkan bunuh diri karena tidak sanggup menghadapi kondisi seperti itu. Kasus ini telah diberitakan di portal berita secara nasional, seperti: 

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4690246/4-kisah-ibu-sakiti-bayi-dan-suami-akibat-baby-blues

 https://regional.kompas.com/read/2020/02/26/21585121/ibu-tenggelamkan-bayinya-usia-4-bulan-memiliki-riwayat-baby-blues