Muhammad Ikwan
( Ilmu Pemerintahan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi )
Jambi,
29 Juni 2024 – Pendidikan politik adalah elemen
esensial dalam mengembangkan demokrasi yang sehat dan berkelanjutan. Terutama
bagi pemilih muda yang baru saja memenuhi syarat usia untuk memberikan suara,
pemahaman yang kurang tentang politik dan proses demokrasi sering kali
menghalangi mereka untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab
dalam pemilihan umum.
Para ahli
mengungkapkan bahwa tujuan utama pendidikan politik adalah memberikan
pengetahuan mendalam mengenai sistem politik dan proses demokrasi. Dengan
demikian, hal ini diharapkan dapat membantu pemilih muda membuat keputusan yang
bijaksana dan terinformasi saat memilih calon atau partai politik yang mewakili
kepentingan mereka.
Menurut Usriah
Sripuji Suciati, mahasiswa aktif di UIN STS Jambi, banyak pemilih muda yang
enggan berpartisipasi dan lebih memilih golput (golongan putih) karena mereka
bingung harus memilih siapa atau bahkan tidak menemukan kandidat yang disukai.
Padahal, Usriah menekankan bahwa sebagai generasi muda, mereka harus menyadari pentingnya
satu hak suara yang mereka miliki dalam menentukan arah masa depan Indonesia.
Pemilih muda sering
kali kekurangan pemahaman yang memadai tentang sistem politik dan proses
demokrasi, yang mengakibatkan kesulitan dalam memilih calon atau partai politik
yang benar-benar sesuai dengan kepentingan mereka. Pendidikan politik
diharapkan dapat mengatasi masalah ini dengan meningkatkan kesadaran mengenai
hak dan kewajiban warga negara dalam sistem demokrasi.
Dengan pemahaman yang
lebih baik tentang peran mereka dalam proses pemilihan, pemilih muda diharapkan
dapat lebih termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam politik. Partisipasi
ini meliputi tidak hanya pemilihan umum, tetapi juga berbagai bentuk
partisipasi politik lainnya seperti diskusi publik dan kegiatan masyarakat.
Pendidikan politik
membantu pemilih muda memahami dasar-dasar sistem politik, termasuk struktur
pemerintahan, fungsi lembaga negara, dan proses legislatif. Pengetahuan ini
memungkinkan mereka untuk menilai program dan janji politik yang ditawarkan
oleh calon dan partai politik secara lebih kritis.
Selain itu, melalui
pendidikan politik, pemilih muda diajarkan untuk berpikir kritis dan analitis
terhadap informasi politik. Mereka akan belajar cara memverifikasi fakta,
mengidentifikasi berita palsu, dan memahami berbagai perspektif politik.
Kemampuan ini sangat penting dalam era informasi digital di mana misinformasi
dapat menyebar dengan mudah.
Pendidikan politik
juga bertujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif pemilih muda dalam proses politik.
Dengan pemahaman yang baik tentang peran mereka, pemilih muda akan lebih
cenderung terlibat dalam diskusi politik, mengikuti perkembangan politik, dan
bahkan berpartisipasi dalam kegiatan politik seperti kampanye dan pemungutan
suara.
Salah satu tujuan
utama pendidikan politik adalah membangun kesadaran demokrasi yang kuat.
Pemilih muda akan memahami pentingnya nilai-nilai demokrasi seperti keadilan,
kebebasan, dan partisipasi. Mereka akan belajar menghargai perbedaan pendapat
dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama untuk kebaikan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan
tersebut, beberapa strategi efektif dalam pendidikan politik dapat diterapkan.
Pendidikan politik dapat dimulai dari tingkat sekolah dengan mengintegrasikan
materi politik ke dalam kurikulum. Mata pelajaran seperti Pancasila dan
Kewarganegaraan dapat diperluas untuk mencakup topik-topik penting seperti
proses pemilihan umum, hak asasi manusia, dan struktur pemerintahan.
Pemerintah dan
organisasi non-pemerintah dapat menyelenggarakan program pelatihan dan workshop
khusus untuk pemilih muda. Program ini dapat mencakup simulasi pemilihan umum,
diskusi panel dengan ahli politik, dan sesi tanya jawab untuk menjawab
pertanyaan pemilih muda.
Menggunakan media
digital juga menjadi strategi yang sangat efektif, mengingat pemilih muda
adalah generasi yang sangat akrab dengan teknologi. Platform seperti media
sosial, podcast, dan video edukatif dapat digunakan untuk menyebarkan informasi
politik dengan cara yang menarik dan mudah diakses.
Kampanye publik yang
dilakukan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) dan organisasi masyarakat sipil juga
dapat membantu menyebarkan kesadaran politik. Sosialisasi melalui media massa,
iklan layanan masyarakat, dan kegiatan komunitas dapat menjangkau pemilih muda
secara lebih luas.
Kerjasama antara
lembaga pendidikan dan organisasi politik dapat menghasilkan program-program
pendidikan politik yang lebih terstruktur dan efektif. Misalnya, universitas
dapat menyelenggarakan seminar dan diskusi yang melibatkan politisi, akademisi,
dan aktivis untuk memberikan wawasan langsung kepada pemilih muda.
Pada akhirnya,
pendidikan politik bagi pemilih muda adalah investasi jangka panjang yang
sangat penting untuk membangun kesadaran demokrasi yang kuat. Dengan memberikan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, pemilih muda dapat menjadi warga
negara yang aktif, kritis, dan bertanggung jawab. Dalam jangka panjang, hal ini
akan berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih demokratis, adil, dan
sejahtera.
Oleh karena itu,
semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil,
diharapkan dapat berkolaborasi dalam menyelenggarakan pendidikan politik yang
efektif bagi pemilih muda. Dengan demikian, pendidikan politik bukan hanya
tentang memberi tahu pemilih muda apa yang harus dilakukan, tetapi juga tentang
membekali mereka dengan alat yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan yang
cerdas dan bertanggung jawab.
Seiring dengan itu,
penting bagi setiap individu yang terlibat dalam proses pendidikan politik
untuk memastikan bahwa materi yang disampaikan relevan, mudah dipahami, dan
dapat diakses oleh semua pemilih muda. Melalui kolaborasi yang efektif antara
berbagai pihak, kita dapat menciptakan generasi pemilih yang lebih sadar,
kritis, dan terlibat aktif dalam membangun demokrasi yang lebih baik di masa
depan.