Implementasi Program Mabit Sebagai Strategi Pembentukan Karakter Religius Anak: Studi Kasus Kukerta MBKM Di Desa Simpang Limo


Oleh : Sri Harmini

Abstrak

Pendidikan karakter merupakan unsur mendasar dalam proses pembentukan generasi yang berakhlak mulia, khususnya pada masa kanak-kanak yang sedang mengalami tahap penting dalam pencarian dan pembentukan jati diri. 

Dalam konteks globalisasi yang sarat dengan penetrasi nilai-nilai asing yang tidak sejalan dengan ajaran Islam, kebutuhan akan pendidikan karakter berbasis spiritualitas semakin mendesak untuk melindungi dan memperkuat fondasi kepribadian anak-anak Muslim.

Salah satu solusi strategis yang diimplementasikan untuk menjawab tantangan tersebut adalah program Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit), yang digagas oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 

Program ini merupakan bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat dalam skema Kuliah Kerja Nyata Merdeka Belajar Kampus Merdeka (Kukerta MBKM), dan dilaksanakan di Desa Simpang Limo, Kabupaten Muaro Jambi.

Mabit dirancang sebagai pendekatan terpadu yang mencakup aspek edukatif, spiritual, dan rekreatif, dengan tujuan utama menanamkan nilai-nilai Islam sekaligus membentuk karakter anak-anak secara menyeluruh.

Selama 60 hari pelaksanaan, anak-anak desa terlibat aktif dalam berbagai kegiatan rutin yang meliputi pembacaan Al-Ma’surat, hafalan doa-doa harian dan surat-surat pendek, pelaksanaan salat berjama’ah, sesi mentoring keislaman, serta aktivitas fisik seperti senam pagi dan joging bersama. Rangkaian kegiatan ini tidak hanya ditujukan untuk melatih aspek kognitif dan spiritual anak-anak, tetapi juga memperkuat dimensi sosial dan emosional mereka.

Pengumpulan data dalam program ini dilakukan secara kualitatif melalui observasi langsung terhadap perilaku anak selama program berlangsung, wawancara informal dengan anak dan masyarakat sekitar, serta dokumentasi kegiatan harian. Seluruh data dianalisis secara deskriptif untuk melihat perubahan perilaku yang terjadi, baik dari aspek religiusitas maupun karakter sosial anak-anak.

Hasil dari pelaksanaan program menunjukkan bahwa Mabit menjadi sarana yang efektif dalam menumbuhkan nilai-nilai religius dan membentuk karakter positif pada anak-anak, seperti kedisiplinan, tanggung jawab, empati, dan semangat kebersamaan. Transformasi perilaku yang tampak selama program memberikan bukti kuat bahwa pendekatan spiritual yang dikemas secara menarik dan menyenangkan dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap pembinaan generasi muda.

Temuan ini diharapkan menjadi model inspiratif yang bisa diterapkan di berbagai daerah lain dengan kondisi serupa. Dengan demikian, program Mabit tidak hanya menjadi metode lokal dalam pendidikan karakter anak, tetapi juga dapat dijadikan sebagai strategi nasional dalam memperkuat fondasi keagamaan dan sosial anak-anak Indonesia secara berkelanjutan.

Pendahuluan

Di tengah derasnya arus globalisasi dan perkembangan teknologi informasi, terjadi transformasi besar dalam perilaku dan cara berpikir generasi muda, termasuk anak-anak usia dini. 

Dunia digital yang semakin mudah diakses telah memperluas cakrawala anak-anak terhadap berbagai bentuk informasi dan hiburan, namun tanpa kontrol yang memadai, arus tersebut justru berisiko menggantikan nilai-nilai lokal, spiritual, dan budaya yang sebelumnya menjadi fondasi kehidupan masyarakat. Anak-anak kini lebih mengenal karakter fiksi dalam animasi global dibanding tokoh-tokoh keagamaan dalam tradisi Islam.

Mereka lebih mudah menghafal lirik lagu viral dari pada ayat-ayat suci Al-Qur’an. Kondisi ini menjadi sinyal penting akan perlunya revitalisasi pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai religius, krisis spiritual dan moral anak-anak dalam era modern tidak dapat dianggap sebagai hal lumrah, melainkan gejala sosial yang harus ditanggapi melalui strategi pendidikan yang terstruktur.

Hal ini menyatakan bahwa pendidikan karakter pada anak usia dini merupakan fondasi penting dalam pembentukan kepribadian, kebiasaan, dan moralitas anak yang akan terbawa hingga dewasa. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai tersebut tidak dapat dilakukan secara instan, melainkan harus melalui pendekatan yang kontekstual, menyeluruh, dan berkelanjutan.

Pendidikan karakter selama ini masih didominasi oleh sistem formal di sekolah, padahal bentuk pendidikan informal yang berbasis komunitas dan nilai-nilai lokal juga memiliki kontribusi besar dalam membentuk kepribadian anak. Salah satu pendekatan yang efektif dan telah terbukti secara praktis adalah program Mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa).

Program ini merupakan model pembinaan spiritual yang dirancang untuk membentuk karakter anak melalui peningkatan kualitas ibadah, penguatan nilai keimanan, serta internalisasi akhlak mulia sejak usia dini. Kegiatan mabit tidak hanya mengedepankan aspek ritual ibadah, tetapi juga menggabungkan dimensi edukatif, sosial, dan rekreatif agar nilai-nilai Islam dapat diterima dengan mudah dan menyenangkan oleh anak-anak.

Implementasi program ini dilakukan oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi melalui program Kukerta Konversi MBKM, sebagai bagian dari kontribusi aktif dunia pendidikan tinggi dalam proses pemberdayaan masyarakat. Lokasi kegiatan dipilih di Desa Simpang Limo, Kecamatan Jaluko, Kabupaten Muaro Jambi sebuah wilayah pedesaan yang memiliki potensi sumber daya manusia yang besar namun menghadapi tantangan minimnya pembinaan karakter yang berkelanjutan, khususnya bagi anak-anak.

Berdasarkan hasil observasi awal, ditemukan bahwa sebagian besar anak di desa ini belum terbiasa menjalankan ibadah secara rutin dan tidak memiliki akses cukup terhadap pendidikan agama yang terstruktur.

Pelaksanaan kegiatan mabit ini sekaligus menjadi bentuk nyata dari penerapan konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), di mana mahasiswa tidak hanya berperan sebagai pelajar pasif di ruang kuliah, tetapi juga tampil sebagai agen transformasi sosial dan spiritual di tengah masyarakat. 

Pendekatan yang digunakan bersifat humanis, edukatif, dan spiritual, menciptakan ruang interaksi yang hidup antara mahasiswa, masyarakat, dan anak-anak sebagai subjek utama pembentukan karakter religius.

Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini berfokus pada implementasi program mabit sebagai strategi pembentukan karakter religius anak di Desa Simpang Limo. 

Tujuannya tidak hanya untuk mengukur efektivitas program, tetapi juga untuk menelaah bagaimana pendekatan spiritual berbasis komunitas dapat menjadi model pendidikan karakter yang relevan, aplikatif, dan kontekstual dalam masyarakat modern yang sedang mengalami krisis nilai.


Metode

Pelaksanaan kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit) dalam program ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang dikemas dalam bentuk pengabdian masyarakat. 

Pendekatan ini dipilih karena mampu menangkap proses sosial dan dinamika pembentukan karakter anak-anak secara utuh, dengan fokus pada makna, interaksi, serta transformasi perilaku religius yang terjadi selama kegiatan berlangsung. Sebagaimana pendekatan kualitatif sangat sesuai digunakan dalam penelitian sosial berbasis komunitas karena memberikan ruang bagi pemahaman yang mendalam terhadap fenomena yang kompleks dan kontekstual.

Dalam pelaksanaannya, metode ini menggabungkan tiga pendekatan utama :

1. Edukasi : melalui pembelajaran keislaman yang terstruktur dan menyenangkan.

2. Spiritualitas : melalui pembiasaan ibadah harian dan kegiatan dzikir.

3. Partisipasi aktif : dengan melibatkan anak-anak secara langsung dalam kegiatan yang dirancang untuk membangun kebiasaan positif dan religius sejak dini. 

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui :

1. Observasi langsung di lapangan untuk menangkap dinamika perilaku anak dalam konteks kegiatan sehari-hari,

2. Wawancara informal dengan anak-anak dan tokoh masyarakat untuk mendapatkan perspektif dan refleksi terhadap kegiatan,Dokumentasi

3. kegiatan dalam bentuk foto, catatan harian, dan video sebagai bukti proses serta bahan analisis lanjutan.

Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif naratif, yang bertujuan menggambarkan proses transformasi nilai religius anak-anak secara sistematis dan runtut. Dengan kata lain, fokus utama bukan hanya pada hasil akhir, tetapi juga pada perjalanan proses yang terjadi selama kegiatan berlangsung. Tujuan dari penggunaan metode ini adalah untuk mengeksplorasi secara holistik perubahan perilaku keagamaan dan pembentukan karakter spiritual anak-anak berdasarkan pengalaman langsung mereka selama mengikuti program.

Tahapan Pelaksanaan Kegiatan :

Kegiatan mabit dilaksanakan dalam beberapa tahap yang terstruktur, untuk memastikan ketercapaian tujuan program dan keberlangsungan pembentukan karakter secara bertahap. Berikut tahapan pelaksanaannya:

1. Observasi dan Pemetaan Sosial

Mahasiswa peserta Kukerta melakukan observasi awal dengan mengunjungi rumah warga, musala, dan sekolah-sekolah di sekitar desa. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi sosial, tingkat pemahaman agama anak-anak, serta kebutuhan masyarakat terkait pembinaan karakter religius. Hasil dari observasi ini menjadi dasar penyusunan desain kegiatan yang kontekstual dan sesuai dengan kondisi lokal.

2. Perencanaan Kegiatan Harian

Berdasarkan hasil pemetaan sosial, mahasiswa menyusun jadwal kegiatan harian yang teratur dan sistematis. Format harian ini bertujuan menanamkan keteraturan hidup yang terstruktur serta membiasakan anak-anak menjalani rutinitas yang mencerminkan nilai-nilai keislaman.

Penjadwalan juga memperhatikan kebutuhan fisik dan psikologis anak agar kegiatan tetap menyenangkan dan tidak membebani.

3. Rangkaian Kegiatan Inti Mabit

Rangkaian inti kegiatan mabit dirancang untuk membentuk keseimbangan antara aspek spiritual, kognitif, dan fisik. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:

1. Pembacaan Al-Ma’surat

Dilakukan setiap pagi dan sore sebagai upaya membiasakan dzikir harian. Dzikir ini dipercaya mampu menumbuhkan ketenangan spiritual dan meningkatkan kesadaran anak terhadap perlindungan Allah SWT dalam aktivitas sehari-hari.

2. Setoran Doa Harian

Anak-anak menyetorkan hafalan doa-doa harian yang disertai dengan penjelasan makna dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan kontekstual ini membantu anak memahami fungsi doa secara praktis dan spiritual.

3. Salat Berjama’ah

Pelaksanaan salat Maghrib,Isya, dan Dhuha secara berjama’ah menjadi sarana pembentukan kedisiplinan, tanggung jawab, dan adab dalam ibadah. Kegiatan ini juga memperkuat semangat kebersamaan dan rasa cinta terhadap ibadah.

4. Mentoring Keislaman

Kegiatan ini dilakukan dalam format diskusi kelompok kecil yang membahas nilai-nilai Islami seperti kejujuran, hormat kepada orang tua, dan tolong-menolong. Penyampaian dilakukan dengan pendekatan naratif dan cerita inspiratif agar mudah dicerna oleh anakanak.

5. Setoran Hafalan Surat Pendek

Anak-anak menyetorkan hafalan surat-surat pendek dari Juz ‘Amma secara bergilir, dibimbing dalam pelafalan, serta diberikan pemahaman makna dasar dari surat yang dihafal. Hal ini mendorong penguasaan bacaan sekaligus pemahaman spiritual.

6. Senam Pagi dan Joging Bersama

Kegiatan fisik ini bertujuan menjaga kebugaran, membentuk semangat positif, serta mempererat hubungan sosial antar anak-anak sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Gerakan-gerakan senam juga dikaitkan dengan nilai-nilai kebersamaan dan kegembiraan dalam Islam.

Hasil dan Pembahasan

Program Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit) yang dilaksanakan selama 60 hari di Desa Simpang Limo melibatkan lebih dari 50 anak sebagai peserta aktif. Setiap hari, anak-anak mengikuti rangkaian kegiatan terstruktur yang mengintegrasikan unsur spiritual, edukatif, dan rekreatif. 

Berdasarkan hasil observasi lapangan, dokumentasi kegiatan, dan wawancara informal dengan anak-anak serta tokoh masyarakat, ditemukan sejumlah perubahan positif yang signifikan dalam aspek karakter dan religiusitas anak-anak. Temuan ini menunjukkan bahwa pendekatan spiritual berbasis komunitas melalui program Mabit memberikan dampak transformatif yang berkelanjutan terhadap perilaku dan pola pikir peserta. Beberapa hasil utama yang dapat dicermati adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan Semangat Beribadah

Lebih dari 80% peserta menunjukkan perubahan dalam perilaku keagamaan, khususnya dalam hal kedisiplinan melaksanakan salat wajib secara berjama’ah di musala, peningkatan frekuensi membaca doa harian, serta keterlibatan aktif dalam kegiatan dzikir pagi dan sore (Al-Ma’tsurat). 

Perubahan ini tidak hanya terlihat pada keteraturan ibadah, tetapi juga pada penghayatan makna spiritual di balik praktik-praktik tersebut. Anak-anak mulai memahami fungsi ibadah sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah, bukan sekadar rutinitas formal.

2. Kedisiplinan dan Tanggung Jawab

Melalui keterlibatan dalam aktivitas rutin seperti hafalan doa dan surat pendek, serta penugasan harian, anak-anak menunjukkan peningkatan dalam hal disiplin waktu dan komitmen menyelesaikan tanggung jawab. Kehadiran tepat waktu, menjaga kebersihan tempat kegiatan, dan kesungguhan dalam menghafal menjadi indikator utama perubahan perilaku ini. Pola hidup yang terstruktur dalam kegiatan mabit terbukti menumbuhkan rasa tanggung jawab personal maupun kolektif.

3. Keberanian dan Percaya Diri

Dalam sesi mentoring keislaman yang dilakukan setiap minggu, banyak anak yang pada awalnya cenderung pasif mulai berani mengungkapkan pendapat, membaca doa di depan umum, bahkan menyampaikan cerita Islami dengan antusias. Munculnya rasa percaya diri ini menjadi salah satu capaian penting dari kegiatan yang bersifat pembinaan karakter secara afektif. Anak-anak merasa lebih nyaman dan aman dalam berekspresi di lingkungan yang suportif.

4. Interaksi Sosial yang Sehat

Kegiatan fisik seperti senam pagi dan joging bersama, serta permainan edukatif berbasis kolaborasi, terbukti meningkatkan kerja sama, toleransi, dan rasa kebersamaan antar peserta. Anak-anak terlihat lebih terbuka, mampu bekerja dalam tim, dan saling mendukung dalam menyelesaikan tugas kelompok. Kegiatan ini juga menjadi media efektif untuk membentuk ikatan emosional yang positif antara sesama peserta dan antara anak dengan fasilitator (mahasiswa Kukerta).

Kesimpulan dan Penutup

Pelaksanaan program Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit) sebagai bagian dari pengabdian Kukerta MBKM telah menunjukkan hasil yang signifikan dalam proses pembentukan karakter religius anak-anak di Desa Simpang Limo. Pendekatan spiritual yang dikemas dalam kegiatan harian yang konsisten, interaktif, dan menyenangkan terbukti menjadi strategi efektif dalam menumbuhkan nilai-nilai positif seperti kedisiplinan, tanggung jawab, kepercayaan diri, dan kebiasaan beribadah.

Kegiatan yang melibatkan lebih dari 50 anak ini memberikan ruang pembelajaran yang tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga menyentuh dimensi afektif dan spiritual. Anak-anak menunjukkan antusiasme tinggi dalam mengikuti setiap sesi kegiatan, dan secara bertahap memperlihatkan transformasi perilaku ke arah yang lebih baik. Salat berjama’ah menjadi kebiasaan, hafalan doa harian dikuasai, interaksi sosial menjadi lebih positif, dan rasa percaya diri meningkat, khususnya dalam konteks menyampaikan nilai-nilai keislaman di depan teman sebaya.

Dari sisi pelaksana, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi memperoleh pengalaman langsung yang sangat berharga dalam mendidik, memfasilitasi, serta berinteraksi dengan masyarakat desa.

Program ini tidak hanya memperkuat peran mahasiswa sebagai agen pembelajar, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial dan spiritual yang relevan dengan semangat Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

Keberhasilan program ini mengindikasikan bahwa kegiatan berbasis spiritualitas yang kontekstual, seperti MABIT, memiliki potensi besar untuk direplikasi di berbagai wilayah, khususnya daerah pedesaan yang mengalami kesenjangan akses terhadap pendidikan karakter berkelanjutan. Integrasi nilai-nilai keislaman dalam bentuk kegiatan komunitas yang sederhana, konsisten, dan melibatkan partisipasi aktif anak-anak terbukti menjadi pendekatan yang aplikatif dalam pembangunan karakter generasi muda.

Sebagai penutup, program MABIT ini memberikan pembelajaran penting bahwa pendidikan karakter tidak hanya tanggung jawab lembaga pendidikan formal, tetapi juga bisa tumbuh subur melalui inisiatif lokal, kolaborasi antar unsur masyarakat, dan keterlibatan mahasiswa sebagai agen pemberdaya. 

Dengan pendekatan yang tepat, komunitas lokal dapat menjadi ruang tumbuh yang kuat bagi anak-anak untuk membangun jati diri mereka sebagai pribadi yang religius, berakhlak, dan tangguh menghadapi perubahan zaman.


Tentang Penulis : Sri Harmini adalah Mahasiswi Program Studi Akuntansi Syariah ,Fakultas ekonomi Dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi


Daftar Pustaka

Hidayat, A. (2019). Implementasi MABIT dalam Pembentukan Karakter Religius Santri.

Hapsari, D. N., & Widodo, S. A. (2021). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini dalam Perspektif Islam.

Putri, S. B. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas 7 di SMP Negeri 1 Larangan. Repositori UIN Saizu Purwokerto.

Yamin, M. (2020). Tantangan Pendidikan Karakter di Era Globalisasi: Strategi Integratif Berbasis Nilai Islam.

Nasution, S. (2005). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. [Referensi Metodologi]

Suhada, E. (2021). Model Pendidikan Karakter di Lingkungan Non-formal Berbasis Nilai Religius di Pedesaan.

Nurrahmah, A. (2022). Kontribusi MBKM dalam Peningkatan Kompetensi Mahasiswa dan Penguatan Nilai Sosial Keagamaan di Masyarakat.

Kemendikbud. (2020). Kebijakan Merdeka Belajar dan MBKM. Jakarta: KementerianPendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.