Peran Dan Dedikasi Guru Muda Dalam Pendidikan Nonformal Islam: Studi Kasus Di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Minhajussa’adah Desa Niaso

Oleh : Marhamah

Abstrak

Pendidikan Islam non-formal memegang peranan penting dalam membina karakter dan akhlak generasi muda, terutama di daerah pedesaan yang minim akses pendidikan agama formal. 

Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) merupakan salah satu lembaga yang menjembatani kebutuhan ini dengan memberikan pendidikan dasar Islam kepada anak-anak.

Artikel ini merupakan studi kasus yang menyoroti pengalaman pengabdian penulis sebagai pengajar aktif di MDTA Minhajussa'adah di Desa Niaso sejak tahun 2021 sampai sekarang tahun 2025. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, penulis mendeskripsikan tugas, tantangan, dan kontribusinya terhadap proses pendidikan di madrasah tersebut. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran guru-guru muda yang berdedikasi, disiplin dan aktif dapat mendorong semangat belajar siswa dan memperkuat keberlanjutan lembaga pendidikan Islam nonformal.

Pendahuluan

Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu bentuk aktualisasi pengetahuan, kepedulian sosial, dan tanggung jawab moral seorang individu, khususnya mahasiswa, terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam konteks pendidikan keagamaan nonformal, seperti

Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA), partisipasi siswa sangat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran dan penguatan karakter siswa yang berlandaskan nilai-nilai keislaman.

Madrasah merupakan lembaga yang tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk akhlak mulia, kedisiplinan, dan semangat beribadah siswa. Namun, dalam pelaksanaannya, madrasah seringkali menghadapi keterbatasan, baik dari segi sumber daya manusia, metode pembelajaran, maupun sarana prasarana.

Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Minhajussa'adah yang berlokasi di Desa Niaso, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, merupakan salah satu lembaga pendidikan agama yang konsisten melayani kebutuhan pendidikan Islam bagi anak-anak di wilayah tersebut. Meski memiliki semangat dan peran vital dalam membentuk generasi Qur'ani, madrasah ini masih mengalami berbagai kendala. 

Permasalahan yang dihadapi antara lain terbatasnya jumlah tenaga pendidik, belum optimalnya pendekatan pembelajaran yang digunakan, dan kurangnya variasi metode yang sesuai dengan karakter santri. 

Selain itu, dalam proses belajar mengajar juga terdapat tantangan seperti kurangnya motivasi siswa, rendahnya keterlibatan orang tua, dan kurangnya integrasi antara pendidikan madrasah dengan kehidupan sosial anak di lingkungan tempat tinggalnya.

Melihat kondisi tersebut, pengabdian yang dilakukan oleh penulis sejak 15 Juni 2021 hingga saat ini (2025) di madrasah ini tidak hanya sebagai bentuk pelaksanaan kewajiban akademik, tetapi juga sebagai bentuk komitmen pribadi untuk berkontribusi dalam penguatan kualitas pendidikan Islam di akar rumput. 

Pengabdian ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk membantu menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada, terutama pada aspek penguatan proses belajar mengajar, peningkatan motivasi belajar siswa, dan penanaman nilai-nilai akhlak mulia serta kedisiplinan melalui keteladanan dan pendekatan personal.

Tujuan dari pengabdian ini adalah untuk membantu meringankan beban tugas mengajar di MDTA Minhajussa'adah, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif, serta menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih kontekstual dan sesuai dengankebutuhan anak. 

Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk membangun hubungan yang harmonis antara guru, siswa, dan orang tua, serta menumbuhkan jiwa keagamaan yang kuat melalui praktik langsung dalam kegiatan keagamaan di madrasah. Dengan keterlibatan secara aktif dan konsisten, diharapkan kontribusi yang diberikan dapat menjadi bagian dari solusi atas permasalahan yang dihadapi madrasah dan memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidikan agama di Desa Niaso secara keseluruhan.

Metode

Pengabdian yang diterapkan di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Minhajussa'adah Desa Niaso menggunakan pendekatan partisipatif dan kolaboratif.

Pendekatan ini sangat penting karena menekankan keterlibatan langsung semua pihak, baik warga madrasah maupun masyarakat sekitar, dalam setiap tahapan proses, mulai dari identifikasi masalah hingga implementasi solusi. 

Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, metode ini tidak hanya menciptakan rasa kepemilikan bersama terhadap program,tetapi juga mendorong terjadinya dialog yang konstruktif dan partisipasi aktif.

Melalui pendekatan ini, diharapkan setiap individu merasa dihargai dan memiliki suara dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini penting untuk menciptakan rasa tanggung jawab bersama terhadap perubahan yang diharapkan. 

Selain itu, metode partisipatif dan kolaboratif juga memungkinkan untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin tidak terlihat jika hanya menggunakan pendekatan top-down. Dengan demikian, solusi yang dihasilkan lebih relevan dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat.

Penerapan metode ini juga sejalan dengan prinsip-prinsip pengabdian masyarakat yang mengedepankan keberlanjutan dan pemberdayaan. Dengan melibatkan masyarakat dalam prosesnya, diharapkan mereka tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga menjadi agen perubahan yang aktif. 

Hal ini akan memperkuat kapasitas masyarakat dalam menghadapi tantangan di masa depan dan menciptakan ekosistem yang lebih tangguh. Secara umum, kegiatan pengabdian terbagi ke dalam tiga tahapan utama, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap awal, penulis melakukan observasi lapangan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan yang ada di madrasah. Observasi dilakukan secara langsung terhadap proses pembelajaran, interaksi guru-siswa, serta partisipasi masyarakat terhadap

kegiatan madrasah. Selain itu, penulis juga melakukan komunikasi dengan kepala madrasah, dewan guru, dan tokoh masyarakat guna memahami kondisi eksisting, serta menggali dukungan dan masukan dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian Sebagai bagian dari tahap ini, dilakukan pula penyusunan rencana program kegiatan pembelajaran, termasuk rancangan materi, media pembelajaran sederhana, serta strategi pembelajaran yang relevan dengan karakteristik siswa. Perencanaan juga mencakup penjadwalan, koordinasi tugas, dan pengadaan alat bantu belajar yang mendukung.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, pengabdian dilakukan secara langsung melalui kegiatan belajar mengajar, bimbingan ibadah, penguatan akhlak, dan pendampingan kegiatan ekstrakurikuler.

Penulis tidak hanya bertindak sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator yang mendampingi proses tumbuh kembang siswa dalam berbagai aspek, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Kegiatan utama yang dilaksanakan antara lain:

1. Penulis mengajar rutin mata pelajaran keagamaan seperti :

a. Akidah 50 (Tauhid) Dan bacaan solat di kelas 1

b. Tahfiz Juz Ammah Dan Tajwid di kelas 3 dan menjadi wali kelas 3

c. Dan menjadi guru pengganti jika guru tidak hadir untuk di kelas 2

2. Pembiasaan shalat berjamaah dan hafalan surah pendek

3. Penguatan karakter melalui kisah-kisah teladan

4. Pelatihan kebersihan dan kerapian sebagai bagian dari pendidikan karakter

5. Kegiatan kreatif seperti lomba ceramah, kaligrafi, atau adzan untuk memotivasi siswa

Selama proses pelaksanaan, dilakukan pula pembinaan terhadap guru dan pengurus madrasah mengenai teknik mengajar kreatif, penyusunan perangkat ajar sederhana, serta strategi pendekatan yang sesuai dengan usia perkembangan siswa.

3. Tahap Evaluasi dan Pendampingan Lanjutan

Setelah kegiatan pengabdian berjalan, penulis melakukan evaluasi terhadap efektivitas metode yang digunakan, dampak terhadap perubahan perilaku siswa, serta respon dari guru dan wali murid. Evaluasi dilakukan melalui pengamatan langsung, diskusi kelompok, dan wawancara sederhana. Selain itu, evaluasi juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan pengabdian memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan madrasah.

Pembahasan

1. Peran sebagai Pengajar dan Pembimbin

Sejak tahun 2021, penulis aktif sebagai tenaga pengajar di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Minhajussa’adah, Desa Niaso. Dalam peran ini, penulis mengampu beberapa mata pelajaran seperti akidah 50 (Tauhid), bacaan solat, Tahfiz Juz Ammah, dan tajwid. Tidak hanya memberikan materi secara teoritis, penulis juga mengembangkan pendekatan pembelajaran berbasis praktik dan pembiasaan agar siswa tidak hanya memahami tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu kegiatan penting adalah pembiasaan ibadah harian, seperti shalat berjamaah, membaca doa-doa harian, serta hafalan surah pendek. Pembiasaan ini tidak hanya bertujuan untuk membentuk kebiasaan baik, tetapi juga untuk menanamkan akhlak mulia, disiplin, dan rasa tanggung jawab sejak dini. Dalam konteks ini, penulis berusaha menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan, sehingga siswa merasa nyaman untuk berinteraksi dan belajar.

Penulis juga menerapkan metode pembelajaran yang variatif, seperti diskusi kelompok, presentasi, dan penggunaan media pembelajaran yang menarik, untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar.

Selain itu, penulis mendorong adanya pengembangan metode pembelajaran yang lebih interaktif, seperti melalui permainan edukatif Islami, kuis keagamaan, dan kegiatan luar kelas yang relevan dengan tema pembelajaran. Dengan cara ini, penulis berusaha menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan mendukung, sehingga siswa merasa termotivasi untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Penulis percaya bahwa pembelajaran yang menyenangkan akan lebih mudah diingat dan diinternalisasi oleh siswa, sehingga mereka dapat menerapkan nilai-nilai yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

2. Keterlibatan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler dan Sosial

Penulis tidak hanya terbatas pada ruang kelas, tetapi juga aktif terlibat dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan sosial keagamaan di madrasah. Kegiatan seperti pelatihan asmaul husna dan sholawat badar, serta kegiatan gotong royong madrasah dilakukan secara rutin dengan melibatkan siswa dan guru. Kegiatan ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana pembelajaran, tetapi juga sebagai wadah untuk memperkuat ikatan sosial antar siswa dan guru.

Melalui kegiatan ini, penulis berupaya menciptakan komunitas yang solid di dalam madrasah, di mana setiap individu merasa dihargai dan memiliki peran penting.

Dalam momen-momen tersebut, penulis juga berperan sebagai koordinator acara dan fasilitator, yang memberikan ruang kepada siswa untuk mengekspresikan kemampuan mereka dalam bidang keagamaan dan kepemimpinan. Penulis berusaha untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkontribusi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, sehingga mereka dapat belajar tentang tanggung jawab dan kepemimpinan. Melalui kegiatan ini, penulis mendorong tumbuhnya rasa percaya diri, kerja sama, dan solidaritas antar peserta didik.

Selain itu, penulis juga berupaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan dalam setiap kegiatan, sehingga siswa tidak hanya belajar tentang agama, tetapi juga tentang pentingnya berkontribusi kepada masyarakat. Misalnya, dalam kegiatan gotong royong, siswa diajarkan untuk saling membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas- tugas yang ada. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler ini menjadi sarana yang efektif untuk membentuk karakter siswa yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Penulis percaya bahwa pendidikan yang holistik, yang mencakup aspek spiritual, sosial, dan akademis, akan menghasilkan generasi yang lebih baik dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

3. Peningkatan Kapasitas Guru dan Kelembagaan Madrasah

Selain mendampingi siswa, penulis juga melakukan pembinaan kepada rekan-rekan guru. Beberapa inisiatif meliputi berbagi strategi pembelajaran kreatif, diskusi kelompok guru, dan instrumen evaluasi.

Kegiatan ini bertujuan agar para guru di madrasah tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga menjadi pembina karakter dan pemimpin pembelajaran. Penulis juga mendorong adanya pembentukan tim kerja antar guru yang solid, sehingga madrasah dapat terus berkembang meskipun dengan sumber daya terbatas.

Selain itu, penulis aktif dalam mengorganisir kepengurusan madrasah bersama tokoh masyarakat. Pembentukan struktur organisasi dilakukan melalui musyawarah warga, ditindaklanjuti dengan pengesahan formal oleh kepala desa, serta pelatihan kepemimpinan dan manajemen untuk pengurus baru. Upaya ini dilakukan agar madrasah memiliki sistem tata kelola yang kuat dan mandiri.

4. Dampak dan Keberlanjutan 

Selama empat tahun pengabdian, penulis merasakan adanya perubahan positif pada siswa, guru, dan masyarakat. Siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan keagamaan, lebih disiplin dalam belajar, serta menunjukkan peningkatan pemahaman terhadap ajaran Islam. Para guru juga mulai menerapkan metode pengajaran yang lebih bervariasi dan adaptif.

Dari sisi kelembagaan, madrasah semakin dikenal oleh masyarakat, dengan meningkatnya jumlah peserta didik dari tahun ke tahun. Kegiatan gotong royong dan kepedulian warga terhadap keberlangsungan madrasah juga semakin tinggi. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pengabdian yang dilakukan secara konsisten, partisipatif, dan berdasarkan kebutuhan lokal dapat membawa dampak signifikan dalam membangun pendidikan Islam di tingkat akar rumput.

Penutup

Kesimpulan

Pengabdian yang dilakukan di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Minhajussa’adah Desa Niaso sejak tahun 2021 hingga 2025 menunjukkan bahwa peran guru muda sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan Islam nonformal. Melalui pendekatan partisipatif dan kolaboratif, pengajar tidak hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga membentuk karakter, meningkatkan motivasi belajar, dan membangun kedisiplinan siswa. Keterlibatan dalam kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan sosial keagamaan memperkuat hubungan antara siswa, guru, dan masyarakat, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan.

Selain itu, kontribusi dalam pembinaan guru dan penguatan kelembagaan madrasah berhasil meningkatkan kapasitas pengajar serta memperkuat tata kelola lembaga. Dampak nyata dari pengabdian ini terlihat pada meningkatnya partisipasi siswa, kualitas pembelajaran, dan dukungan masyarakat terhadap madrasah. Hasil tersebut membuktikan bahwa dedikasi guru muda, jika dilakukan secara konsisten dan berbasis kebutuhan lokal, dapat menjadi motor penggerak dalam membangun pendidikan Islam yang berkelanjutan di tingkat akar rumput.

Dengan demikian, pengalaman pengabdian ini menegaskan bahwa keberhasilan pendidikan nonformal Islam tidak hanya ditentukan oleh kurikulum dan sarana, tetapi juga oleh komitmen dan kreativitas pendidiknya. Guru muda yang mampu menjadi teladan, inovator, dan penggerak komunitas berperan penting dalam menciptakan generasi yang berakhlak mulia, berpengetahuan, dan siap berkontribusi bagi masyarakat. Model pengabdian yang menggabungkan pembelajaran, pembinaan karakter, dan pemberdayaan kelembagaan ini dapat direplikasi di madrasah-madrasah lain sebagai strategi efektif untuk memperkuat pendidikan Islam di wilayah pedesaan maupun perkotaan.


Tentang Penulis :  Marhamah adalah Mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi


Daftar Pustaka

Arifin, Zainal. (2019). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, Langgulung. (2020). Pendidikan Islam dalam Perspektif Teori dan Praktik. Bandung: Pustaka Setia.

Mukhibat, M. (2021). “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Peserta Didik”. Jurnal Tarbiyatuna, 12(1), 1-15.

Nasution, H. (2022). Pengembangan Kurikulum Madrasah Diniyah. Yogyakarta: Deepublish.

Syamsul, Hadi. (2023). “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan Keagamaan di Pedesaan”. Jurnal Pengabdian Umat, 5(2), 45-58.