Bukan Mood Swing Biasa: Apa Itu Gangguan Bipolar dan Mengapa Kita Harus Peduli?



 

Di Era Informasi Digital, Siapa yang Bisa Dipercaya?


Media sosial semakin canggih akhir-akhir ini, semua orang dapat mencari berbagai informasi tanpa batas. Dengan demikian, membuat masyarakat menyerap banyak informasi tanpa mengetahui benar atau tidak informasi tersebut. 

 

Sebagai contoh bipolar, banyak masyarakat yang masih salah paham dengan bipolar. Banyak juga dari mereka yang sering sekali self diagnose (tindakan seseorang mendiagnosis dirinya sendiri tanpa bantuan para ahli), dan hal ini justru memunculkan  masalah baru. 

 

Jika banyak masyarakat yang salah kaprah mengenai bipolar, dapat membuat stigma dan diskriminasi terhadap mereka yang terdiagnosis terus berkembang. Banyak orang yang hidup dengan gangguan bipolar enggan meminta pertolongan, memilih untuk diam dan menyembunyikannya karena mereka takut di judge. 

 

Maka dari itu, pentingnya edukasi ke masyarakat luas agar mereka lebih memahami tentang bipolar dan tidak mudah percaya dengan banyak hoaks di sosial media. 

 

Lalu sebenarnya apa itu bipolar? 


Bipolar merupakan gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati (mood) yang ekstrem dan tidak wajar sehingga mempengaruhi fungsi kehidupan sehari hari. Prevalensi bipolar diperkirakan berkisar antara 1,5% hingga 2,5% dari populasi global. Di Indonesia, prevalensi bipolar hampir sama dengan prevalensi global, yaitu sekitar 1% hingga 2% populasi dewasa. 


Polanya: Naik, Turun, dan Tak Terduga


Bipolar sendiri memiliki beberapa fase. Pertama ada fase Mania yang ditandai dengan suasana hati yang sangat tinggi, ekspansi diri, atau mudah tersinggung. Individu mengalami peningkatan energi, bicara cepat, ide berlari-lari (flight of ideas), insomnia (kekurangan tidur) bahkan hypersomnia (kelebihan tidur), serta perilaku berisiko lainnya seperti belanja berlebihan atau keputusan impulsif. Fase Mania sangat mengganggu aktivitas individu sehingga individu akan sangat kesulitan untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari.  


Kedua ada Episode Hipomania. Hipomania itu mirip dengan mania tetapi lebih ringan dan tidak sampai mengganggu fungsi sosial atau pekerjaan secara signifikan. Gejalanya termasuk peningkatan energi, suasana hati yang naik, lebih produktif, dan kebutuhan tidur bisa berkurang bahkan bertambah, namun masih dalam tingkat yang tidak ekstrem. 


Ketiga ada Episode Depresi. Ini merupakan fase saat suasana hati rendah, sedih, kehilangan minat, kelelahan, perubahan nafsu makan (bisa naik atau turun), gangguan tidur, merasa tidak berharga, hingga munculnya pikiran untuk bunuh diri pada kasus yang berat. Episode ini sering berlangsung lebih lama dibandingkan mania/hipomania.


Apa yang Sebenarnya Menjadi Penyebabnya?


Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya bipolar


1. Faktor utama, seperti:


a. Faktor Genetik: Seseorang yang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan gangguan bipolar akan lebih rentan untuk mengembangkan kondisi tersebut dibandingkan populasi umum.

b. Faktor Biologis: Ketidakseimbangan atau gangguan pada jalur di otak yang mengatur mood, tidur, dan energi.

2. Faktor pemicu, seperti:

a. Faktor Psikologis: Peristiwa kehidupan yang menimbulkan tekanan psikologis seperti trauma, kehilangan, stress berat

b. Faktor obat-obatan: Penggunaan zat seperti stimulan atau alkohol secara berlebihan


Bukan Akhir dari Segalanya


Penelitian terkini semakin menunjukkan bahwa gangguan bipolar, meski merupakan kondisi jangka panjang, dapat dikelola dengan sangat efektif. Bukti ilmiah menunjukan bahwa psikoterapi seperti terapi kognitif-perilaku (CBT), terapi keluarga, psikoedukasi, serta pengobatan yang tepat, terbukti ampuh dalam meminimalisir gejala dan mencegah kekambuhan. Dengan penanganan yang komprehensif ini, seseorang yang terdiagnosa bipolar didukung untuk dapat kembali beraktivitas secara optimal dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan produktif.

Lebih dari itu, pendekatan perawatan di banyak negara kini semakin maju dan berpusat pada pemulihan individu dengan bipolar. 


Ditekankan bahwa dengan konsistensi dalam pengobatan, ditambah dukungan keluarga dan lingkungan, para pejuang bipolar tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga benar-benar hidup dengan stabil. Mereka dapat bekerja,  menuntut ilmu, membina hubungan yang sehat dan meraih tujuan hidupnya. Pada intinya, bipolar bukan sesuatu yang menakutkan atau mematikan, dan bukan pula akhir dari masa depan seseorang, melainkan kondisi kesehatan yang dapat dikendalikan layaknya penyakit medis lainnya yang membutuhkan perawatan berkelanjutan. 


Dengan dukungan profesional yang tepat, yaitu dimulai dari diagnosis akurat oleh ahli, pemahaman yang baik, serta  gaya hidup yang sehat, hidup yang produktif dan penuh makna adalah sebuah pencapaian yang sangat nyata. Oleh karena itu, jika ada kekhawatiran akan gejala, hal terpenting yang harus dilakukan adalah menghindari self diagnose dan segera berkonsultasi dengan tenaga ahli yang tepat seperti psikiater atau psikolog untuk mendapatkan diagnosis yang akurat.

 

Ketika Dukungan, Bantu untuk Bertahan


Selain itu dukungan sosial lain seperti dari keluarga dan masyarakat juga sangat dibutuhkan. Keluarga memegang peranan penting sebagai pendukung utama individu, keluarga perlu memahami betul apa itu bipolar, gejala-gejalanya dan bagaimana cara untuk menghadapi saat episode mania maupun hipomania muncul. Dukungan emosional, kesabaran hingga komunikasi yang baik juga sangat dibutuhkan. 


Masyarakat juga perlu membangun pemahaman yang benar terhadap gangguan mental. Dengan langkah kecil seperti memberikan ruang aman untuk mereka, memilah informasi dari sosial media, dan juga tidak langsung menghakimi perilaku seseorang tanpa memahami kondisinya sudah sangat membantu. Semakin banyak orang yang teredukasi, semakin kecil peluang kesalahpahaman dan diskriminasi terjadi.


Hidup Tidak Berhenti disini


Bipolar bukan kelemahan, tetapi bagian dari spektrum kondisi kesehatan mental yang dapat dikelola. Orang dengan bipolar tetap bisa hidup bermakna dan penuh pencapaian. Kesehatan mental bukan tentang menjadi sempurna, tapi tentang memahami diri dan merawat diri dengan penuh kasih. Pada akhirnya, bipolar adalah bagian dari keragaman manusia. Setiap perjalanan hidup adalah unik. Setiap individu berhak mendapatkan pemahaman, bukan penilaian. Dan siapapun yang hidup dengan bipolar berhak merasa:


“Aku layak, aku mampu, dan aku berharga.”

 


Penulis:  Nadia Muthmainah, Zuleika Calosa Putri, Carissa Bianca Harefa, Mudrikah Inayah (Universitas: Universitas Jambi, Fakultas: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jurusan/Prodi: Psikologi)